Senin, 14 Februari 2011

Atik dan MAMAMIA

Ketika lampu merah menyala, aku dan beberapa temanku beranjak ke jalan raya. Bukan untuk menyebrang tapi berhenti di depan satu persatu mobil di pemberhentian lampu merah. Seperti biasanya, kunyanyikan lagu milik Koes Plus dengan sedikit merubah liriknya.
    Begini nasib jadi glandangan
kemana-mana asalkan suka
tiada orang yang melarang
Hati duka kalau ku tak dapat uang
Oooi
Hati senang kalau ku dapatkan uang

Tidak jarang orang yang mendengarkan lagu yang kunyanyikan ini tersenyum, kalau beruntung tidak kurang dari 500 rupiah aku dapatkan dari tiap mobil yang kudatangi.
***

Matahari mulai menampakkan kekuatannya yang hebat. Panas kurasakan menyengat kulit hitam kusamku. Tenggorokanku terasa kering setelah terus menyanyi dari pagi. Aku melihat ada sebuah warung di seberang jalan, segera aku menyebrangi jalan dan masuk ke dalam warung.
“ Mau beli apa, Dek?” seorang ibu mendatangiku, kelihatannya ibu itu adalah pemilik warung.
“Beli es jeruknya satu, Bu.”
“Es aja Dik, camilannya tidak?”
“Tidak Bu.”
Sebenarnya aku ingin membeli makan atau camilan tapi uangku hanya 6.000 rupiah, tidak cukup. Aku harus membawa uang ini ke rumah, di sana tinggal ibu dan kedua adik kembarku yang masih balita.
    Saat itu ibu pemilik warung sedang menyalakan TVnya. “Wah rejeki! Aku bisa minum sambil nonton TV. Aku kan jarang bisa nonton TV.” Kataku dalam hati. Sengaja aku memperlama minumku agar bisa lama nonton TV. Dalam TV yang dinyalakan itu,disiarkan sebuah acara yang bernama MAMAMIA. Seorang gadis kecil dalam TV menceritakan perjalanannya menjadi peserta MAMAMIA. Ternyata dulunya gadis itu adalah pengamen sama sepertiku.
    “Wah! Apa aku bisa seperti dia?” tanyaku dalam hati.
    Es jerukku habis. Setelah membayar, kulangkahkan kaki menuju rumah. Di bawah jembatan layang, di samping sungai Progo terdapat sebuah rumah kecil, tempatku dan keluargaku tinggal.
    “Assalamu’alaikum Bu! Atik pulang.”
Kuletakkan badanku di atas tikar.
    “Kok sudah pulang, Tik?”
    “Iya Bu, Atik lemes dan capek sekali. Ini Atik dapat 6.000, sudah Atik pakai untuk beli minum tinggal 5.000.”
    “Ya sudah, tidurlah! Biar capekmu hilang.”
Kurang dari 30 menit aku terlelap. Sebuah suara membangunkanku.
    Tok tok tok, suara ketukan pintu. Kulihat sampingku ibu dan kembar tidak ada, kupikir itu mereka. Kubuka pintu rumah, seorang bapak berpakaian hitam tersenyum padaku.
    “Mbak Atik, hari ini akan ada jumpa fans dan konser bersama peserta MAMAMIA yang lain.”
    “Hah, saya Pak? MAMAMIA?”
    “Iya Mbak, mari!”
Bapak itu mengajakku ke salon untuk dandan dan berganti pakaian. Kemudian kami pergi ke rumah makan yang sangat besar dan indah. Ketika keluar dari mobil, orang-orang berebut minta tanda tangan dan bersalaman denganku. Kamera wartawan juga terus mengambil gambarku.
    Sesampainya di dalam rumah makan, para peserta MAMAMIA yang kulihat di TV tersenyum padaku dan mengajakku menuju panggung yang terletak di atas kolam renang.
    Di atas panggung, aku dan peserta MAMAMIA lain menyanyikan lagu Koes Plus gubahanku sambil bergoyang ke kanan kiri. Aku tidak percaya dengan apa yang aku alami. Aku terus berfikir. Tanpa sadar, langkah kakiku terlalu lebar membuatku yang berada di pinggir panggung jatuh ke kolam renang.
    “Aaaah!” Aku terbangun dari mimpiku, pakaian dan tikar tempat tidurku basah, karena aku menendang ember air bocor di samping kakiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar